Kerjasama Bisnis TG:@LIUO9527
Posisi saat ini: Rumah / Pesan / Timnas Indonesia U-23 Gagal ke Piala Asia U-23 2026, Pengamat: Pantas karena Performanya Tak Meyakinkan

Timnas Indonesia U-23 Gagal ke Piala Asia U-23 2026, Pengamat: Pantas karena Performanya Tak Meyakinkan

Penulis:Wartawan Olahraga Tanggal:2025-09-11 20:30:03
Dilihat:8 Pujian
Pemain Timnas Indonesia U-23 merayakan gol dalam duel versus Makau U-23 pada Fase Grup J Kualifikasi Piala Asia U-23 2026 di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, Sabtu (6/9/2025). (Bola.com/Abdul Azis)

Jakarta - Impian Timnas Indonesia U-23 untuk kembali berlaga di Piala Asia U-23 kandas setelah menelan kekalahan tipis 0-1 dari Korea Selatan U-23 di pertandingan terakhir kualifikasi yang dihelat di Stadion Delta, Sidoarjo, Selasa (9-9-2025).

Pengamat sepak bola nasional, Kesit Budi Handoyo, mengatakan meski banyak yang memuji perjuangan dan peningkatan tim, hasil ini menggarisbawahi beberapa kelemahan fundamental yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi sepak bola Indonesia.

Kata Kesit, tiga pertandingan Timnas Indonesia U-23 di Grup J, masing-masing melawan Laos, Macau, dan Korea Selatan, memberikan gambaran yang jelas mengenai apa saja yang menjadi penyebab kegagalan ini.

Pertandingan awal melawan Laos dan seharusnya menjadi fondasi yang kuat bagi Timnas Indonesia U-23. Namun, performa yang ditampilkan justru menunjukkan inkonsistensi taktik dan mentalitas.

 

 


Penampilan Tak Sesuai Harapan

Pemain Timnas Indonesia U-23, Robi Darwis, berebut bola dengan pemain Laos, Peeter Phanthavong, dalam laga Grup J Kualifikasi Piala Asia U-23 2026 di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (03/09/2025). (Bola.com/Wahyu Pratama)

Melawan Laos, yang di atas kertas merupakan lawan paling mudah, tim asuhan pelatih Gerald Vanenburg hanya bermain imbang tanpa gol.

Permainan yang ditampilkan tidak sesuai harapan dan para pemain sering kali kesulitan menembus pertahanan lawan yang rapat. Finishing yang kurang tajam dan koordinasi serangan yang belum padu terlihat jelas pada pertandingan ini.

Lalu, kendati pesta gol saat menghadapi Macau dengan skor 5-0, Kesit menyebut kualitas Macau jauh di bawah Indonesia sehingga tidak tampak jelas kualitas permainan terbaik dari Indonesia.

Seperti diketahui, pertandingan terakhir melawan Korea Selatan menjadi penentu nasib Timnas Indonesia U-23. Meski bermain dengan penuh semangat, kesenjangan kualitas antara kedua tim sangat terlihat.

Korea Selatan, dengan pemain-pemain yang terorganisasi dan terbiasa bermain di level tinggi, mampu mengendalikan jalannya pertandingan.


Penampilan Kurang Gereget

Pemain Timnas Indonesia, Shayne Pattynama (kanan), berebut bola dengan pemain Chinese Taipei, Huang Tzu Ming, dalam laga FIFA Matchday di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, Jumat (05/09/2025). (Bola.com/Abdul Aziz)

 

Serangan-serangan Timnas Indonesia U-23 yang sporadis sering kali mudah dipatahkan oleh pertahanan Korea Selatan yang disiplin.

"Menurut saya wajar, timnas U-23 gagal ke Piala Asia U-23 karena penampilannya kurang gereget. Di awal tidak mampu meraih kemenangan lawan Laos  yang sebelumnya diprediksi akan menang mudah atau harus dimenangkan, itu sebagai tanda bahwa timnas U-23 akan mengalami kesulitan pada laga-laga selanjutnya," tutur Kesit kepada Bola.com, Kamis (11-9-2025).

"Lawan Macau, walau menang, tapi kita kan tahu kualitas dari Macau seperti apa."

"Kemajuan dari pertandingan pertama melawan Laos, Indonesia hanya bisa mencetak gol. Itu belum memperlihatkan kekuatan seutuhnya dari timnas U-23. Buktinya, lawan Korea Selatan, lawan terberat, baru terlihat bagaimana kemampuan timnas U-23. Korea Selatan adalah tim yang pernah disingkirkan Indonesia pada 2024, walaupun sulit karena menang lewat adu penalti," tambahnya.

 


Tak Meyakinkan Sejak Awal

Pemain Timnas Indonesia U-23, Hokky Caraka, saat melawan Timnas Korea Selatan U-23 dalam laga terakhir Grup J Kualifikasi Piala Asia U-23 2025 di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, Jawa Timur pada Selasa (9/9/2025) malam WIB. (Bola.com/Abdul Aziz)

Lebih lanjut, menurut pria yang juga komentator jalannya pertandingan sepak bola ini menyebut kegagalan ini adalah cerminan dari tantangan yang lebih besar dalam pembinaan sepak bola Indonesia.

Selain masalah teknis seperti finishing dan efektivitas serangan, kegagalan ini juga disebabkan oleh kurangnya kedalaman skuad untuk menghadapi turnamen dengan jadwal padat dan keterbatasan mentalitas saat menghadapi tim-tim unggulan.

Sekadar untuk menjadi runner-up terbaik saja, kata pria yang saat ini menjabat sebagai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) DKI Jakarta ini, Timnas Indonesia U-23 akan sangat sulit untuk lolos mengingat tim-tim di grup lain yang menempati posisi runner-up mempunya raihan poin di atas Indonesia, seperti Lebanon, Cina, dan Uzbekistan.

"Jadi, ya pantas gagal karena memang performa tidak meyakinkan sejak awal. Dengan penampilan seperti itu, akan sangat sulit untuk bisa bersaing. Kesalahan pertama ketika Indonesia tidak mampu meraih kemenangan lawan Laos karena persaingan kualifikasi Asia 2026 ini sangat ketat," katanya.

"Runner-up terbaik yang lolos itu nilainya rata-rata tujuh, hanya Uni Emirat Arab saja yang punya enam poin, tapi koleksi gol yang lumayan banyak. Begitu pun Uzbekistan, Lebanon, dan Cina. Jadi, pilihan pada saat itu untuk Indonesia ya harus menang lawan Laos, Macau, dan Lawan Korea Selatan minimal seri," ucap Kesit Budi Handoyo.

Komentar

Kirim komentar
Galat kode pemeriksaan, silakan masukkan kembali
avatar

{{ nickname }}

{{ comment.created_at }}

{{ comment.content }}

IP: {{ comment.ip_addr }}
{{ comment.likes }}