
Jakarta - Timnas Indonesia U-22 memasuki persiapan menuju SEA Games 2025 Thailand dengan target medali perak meski berstatus sebagai juara bertahan pada edisi 2023.
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI, Erick Thohir, menegaskan penetapan target tersebut bukan bentuk pesimisme. Dia menganggap bahwa faktor tuan rumah turut berpengaruh pada kalkulasi realistis setiap cabang olahraga (cabor).
"Perspektifnya begini. Kemenpora tidak bisa lihat satu per satu. Kemarin kalau teman-teman media ingat, bujet awal Kemenpora itu hanya Rp10 miliar untuk mengirim 120 atlet," ujar Erick Thohir kepada wartawan, Rabu (26/11/2025).
"Tapi alhamdulillah Bapak Presiden menginstruksikan saya untuk mencari jalan kepada Pak Menkeu Purbaya waktu itu, untuk memang menambah anggaran dan menyisir anggaran kami," jelasnya.
Penambahan Anggaran

Penambahan anggaran menjadi satu di antara dasar perluasan jumlah atlet yang diberangkatkan ke SEA Games 2025 meski jumlahnya masih kalah daripada negara lain seperti Thailand, Filipina, dan Vietnam.
"Jadi bukan nambah tapi menyisir juga. Nah alhamdulillah sekarang kan budgetnya sudah mencapai Rp66 miliar. Artinya kami mencari, menyisir, dan menambahkan hampir Rp56 miliar. Akhirnya terbentuk kurang lebih kami bisa mengirim hampir 946 atlet," ucap Erick Thohir.
"Yaitu kalau kami lihat perbandingkan dengan negara-negara yang ikut SEA Games 2025, kami masih ranking keempat. Karena di atas kami ada Thailand 1.800 atlet kalau tidak salah, ada Filipina 1.000 lebih, 1.200, lalu ada juga Vietnam dan kami keempat," ungkapnya.
Target Posisi 3

Erick Thohir menjelaskan target kontingen Indonesia untuk SEA Games 2025 berada di peringkat ketiga. Dalam edisi sebelumnya di Kamboja pada 2023, Indonesia memperoleh 87 medali emas, namun edisi 2025 menghadapi pengurangan nomor pertandingan.
"Nah, targetnya kami memang di ranking ketiga. Kalau kami lihat, prestasi medali emas di Kamboja itu 87 medali emas. Menariknya SEA Games, itu tidak ada konsistensi daripada nomornya. Jadi kayak di Thailand ini kami kehilangan hampir 41 emas yang kemarin di Kamboja kami dapat," terang Erick Thohir.
"Akhirnya hari ini kami baru berdasarkan 46 emas. Nah kalau 46 emas, kalau kami mau ranking ketiga, itu kan kami harus kembali ke 80 emas. Padahal 41 nomornya yang emas tidak dipertandingkan. Ini bukannya apa-apa, ini kebijakan tuan rumah."
"Nah, di situlah kenapa kami melakukan evaluasi bersama cabor-cabor, apalagi kami sudah berikan leluasa untuk mendukung semua cabor dengan target-target medali tertentu, ada perunggu, ada perak, ada emas. Ini yang kami kumulatifkan kenapa targetnya kalau bisa 80 emas," tuturnya.
Ambisi Tuan Rumah

Dalam cabor beregu termasuk sepak bola, Erick Thohir menilai bahwa Thailand sebagai tuan rumah pasti memiliki ambisi besar. Faktor tersebut membuat kontingen Indonesia harus menghadapi tantangan tambahan dalam upaya mencapai target.
"Nah cabor-cabor beregu hari ini, karena ingat tuan rumahnya Thailand. Ya ini memang target-target yang tentu kami bisa dapatkan, baik di futsal, baik di bola basket, atau voli, ataupun sepak bola. Kami harus melihat bukan pesimistis," kata Erick Thohir.
"Karena memang tuan rumah pasti ingin juara sepak bola, ingin juara bola basket, dan lain-lainnya. Artinya apa? Angka-angka ini ya memang angka prediksi saat ini. Tapi apakah dari Kemenpora tidak mendukung federasi untuk mengirim atlet terbaiknya dan komposisi terbaik? Kami sudah lakukan. Tadi dengan 946 atlet dengan anggaran Rp66 miliar. Jadi ini kami dorong."
"Cuma kami harus realitas. Tapi kalau ternyata target-targetnya di atas targetnya, alhamdulillah. Tapi ini juga sama, cabor-cabor yang targetnya hiperbola, yang mestinya perunggu janjinya emas, ini juga sebagai evaluasi untuk SEA Games 2027, Asian Games, dan ke depannya Olimpiade. Jadi itu yang saya bisa sampaikan. Jadi saya tidak bicara friksi atau bagian per bagian daripada cabor itu," paparnya.
