
Yogyakarta - Sudah lebih dari enam tahun Piala Indonesia tidak digulirkan. Turnamen pendamping kompetisi itu kali terakhir digelar pada 2019 silam.
Pada edisi 2018/2019, PSM Makassar keluar sebagai juara setelah mengalahkan Persija Jakarta di babak final. Sesudah itu, Piala Indonesia seolah mati suri.
Ketiadaan kompetisi Piala Domestik atau semacam FA Cup di Inggris membuat pelatih PSIM Yogyakarta, Jean-Paul van Gastel terheran-heran. Dia menilai hal itu menjadi sebuah kehilangan besar.
"Itu sangat disayangkan karena menurut saya bermain untuk sebuah turnamen itu menyenangkan. Itu memberikan nilai tambah dalam liga," ujar Jean-Paul van Gastel pada Kamis (4/11/2025).
"Jika bisa mengadakan turnamen bersama tim Liga 2 dan mungkin Liga 3 akan menyenangkan bermain di ajang semacam itu," sambung pelatih asal Belanda tersebut.
Pengalaman Bertanding

Piala Indonesia merupakan sebuah turnamen yang mempertemukan klub-klub lintas divisi. Kali pertama ajang ini diadakan pada 2005 dengan nama Copa Indonesia (Copa Dji Sam Soe).
Melalui turnamen Piala Indonesia, klub-klub kecil memiliki kesempatan untuk menghadapi tim besar yang selalu menghuni strata teratas Liga Indonesia. Jean-Paul van Gastel pun memberikan contoh.
"Misalnya jika Persib Bandung bermain melawan tim Liga 3 di kandang lawan, bagi tim tuan rumah itu sangat menyenangkan," kata Van Gastel.
"Dan terkadang juga ada hasil pertandingan yang sangat mengejutkan. Jadi menurut saya, sangat bagus memiliki turnamen seperti itu," lanjut arsitek berusia 53 tahun itu.
Faktor Geografis

Kompetisi di Tanah Air terbagi dalam tiga kasta. BRI Super League (Liga 1), Pegadaian Championship (Liga 2), dan Liga Nusantara (Liga 3). Semuanya rutin dihelat setahun sekali.
Mantan asisten pelatih Besiktas tersebut menduga penyebab Piala Indonesia belum bisa digelar lagi karena faktor geografis di Tanah Air. Sebagaimana diketahui, wilayah Indonesia sangatlah luas.
"Saya tidak tahu mengapa tidak ada turnamen itu. Tetapi mungkin hal itu berkaitan dengan wilayah negara ini yang luas," ucap Van Gastel.
"Mungkin beberapa klub, terutama di liga bawah tidak mampu pergi dari Sumatera ke Papua. Jika Anda berada di Liga 3 dan harus pergi sejauh itu, itu sangat mahal (biayanya)," pungkasnya.
