Posisi saat ini: Rumah / Pesan / Pemalsuan Dokumen Pemain Naturalisasi Berujung Sanksi FIFA, Malaysia Seharusnya Belajar dari Vietnam dan Indonesia

Pemalsuan Dokumen Pemain Naturalisasi Berujung Sanksi FIFA, Malaysia Seharusnya Belajar dari Vietnam dan Indonesia

Penulis:Wartawan Olahraga Tanggal:2025-09-29 17:30:02
Dilihat:1 Pujian
Pemain Malaysia berpose sebelum pertandingan kualifikasi Piala Asia AFC Grup F antara Malaysia dan Vietnam di Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur, pada 10 Juni 2025. (Mohd RASFAN/AFP)

Jakarta - Timnas Malaysia tengah diterpa badai besar. Tujuh pemain keturunan yang baru saja direkrut mendadak dijatuhi hukuman FIFA karena dugaan pemalsuan dokumen. Skandal ini bukan hanya mencoreng nama Harimau Malaya, tapi juga berpotensi mengubah peta kualifikasi Piala Asia 2027.

Nama-nama seperti Gabriel Felipe Arrocha, Facundo Tomás Garcés, Rodrigo Julián Holgado, Imanol Javier Machuca, João Vitor Brandão Figueiredo, Jon Irazábal Iraurgui, dan Hector Alejandro Hevel Serrano sejatinya menjadi tumpuan Malaysia saat membantai Vietnam 4-0 pada 10 Juni lalu. Namun, kemenangan telak itu kini terancam dibatalkan.

FIFA menemukan indikasi dokumen yang “dimanipulasi” ketika FAM (Asosiasi Sepak Bola Malaysia) mendaftarkan para pemain tersebut. Badan sepak bola dunia itu menyatakan FAM dan para pemain melanggar Pasal 22 Kode Disiplin FIFA tentang pemalsuan dan penipuan. Hukumannya tidak main-main: denda CHF 350.000 (sekitar Rp6,9 miliar) untuk FAM, plus larangan bermain 12 bulan bagi ketujuh pemain.

“FAM akan mengajukan banding. Kami mendaftarkan pemain sesuai regulasi FIFA,” bunyi pernyataan singkat dari pihak federasi. Namun bila upaya banding gagal, laga melawan Vietnam bisa diubah jadi kemenangan default 3-0 untuk Golden Star Warriors.

 


Tren Pemain Keturunan di Asia Tenggara

Striker Timnas Vietnam, Nguyen Xuan Son, merayakan golnya ke gawang Myanmar pada laga terakhir penyisihan Grup B Piala AFF 2024 di Stadion Viet Tri, Phu Tho, Sabtu (21-12-2024). Timnas Vietnam menang 5-0 dalam pertandingan ini. (Bola.com/Aseanunitedfc)

Fenomena naturalisasi dan perekrutan pemain keturunan bukan hal baru di kawasan. Indonesia sudah merasakan buah manis strategi ini lewat kontribusi pemain berdarah Belanda dan Eropa lainnya. Jejak kesuksesan itu kini diikuti oleh Vietnam, Thailand, hingga Kamboja.

Namun, jalan menuju naturalisasi sah bukan proses instan. FIFA jelas mensyaratkan pemain harus punya orangtua atau kakek-nenek dari negara tersebut, atau minimal lima tahun tinggal di sana. Vietnam sempat menunggu lama untuk melengkapi dokumen Cao Quang Vinh (Jason Quang Vinh Pendant) meski sang pemain jelas punya darah Vietnam dari sang ibu. Indonesia pun melalui prosedur ketat selama berbulan-bulan sebelum heritage players bisa resmi membela Garuda.

Bandingkan dengan Malaysia, di mana menurut pengakuan Facundo Garcés sendiri, prosesnya hanya “beberapa minggu”. Inilah yang menimbulkan kecurigaan dan akhirnya menyeret mereka ke meja sanksi FIFA.

 


Ancaman Besar untuk Harimau Malaya

Timnas Malaysia. (Bola.com/Dok.Facebook Timnas Malaysia).

Skandal ini bukan sekadar tentang tujuh pemain. Jika banding ditolak, FAM berisiko mendapat hukuman lebih berat, bahkan sampai larangan tampil di kompetisi internasional. Media dan publik pun ramai menyindir Malaysia dengan sebutan “curang” setelah kabar ini pecah.

Lebih dari itu, kasus ini menjadi pelajaran keras bagi negara-negara yang tergiur shortcut demi cepat berprestasi. Naturaliasi boleh saja, tapi harus transparan, sesuai hukum negara, dan tunduk pada regulasi FIFA.

Di balik sorotan negatif, ada juga sisi refleksi. Malaysia kini punya pilihan: menempuh jalur bersih dengan membangun pondasi sepak bola lokal, atau terus mencari jalan pintas yang berisiko menimbulkan skandal baru.

 


Mencotoh Vietnam dan Indonesia

Pemain Timnas Vietnam, termasuk Nguyen Tien Linh (22) dan Nguyen Xuan Son (12), merayakan keberhasilan ke final Piala AFF 2024 setelah mengalahkan Singapura dengan agregat 5-1. Pada semifinal kedua di Viet Tri Stadium, Minggu malam (29-12-2024), Vietnam menang 3-1. (Bola.com/VFF)

Kasus Malaysia lebih dari sekadar bahan ejekan. Ia menjadi pelajaran penting bagi negara-negara sepak bola berkembang yang tengah gencar mencari pemain keturunan dari luar negeri atau melakukan naturalisasi pemain asing.

"Contohnya, Vietnam tidak bisa langsung menurunkan Nguyen Xuan Son di awal Piala ASEAN 2024, dan baru bisa memainkannya melawan Myanmar setelah Son memenuhi syarat lima tahun tinggal sesuai aturan FIFA," bunyi laporan Vietnamnews.vn.

"Dalam kasus Cao Quang Vinh (sebelumnya Jason Quang Vinh Pendant), meski sang pemain memiliki ibu berkewarganegaraan Vietnam, ia tetap harus menunggu hingga dokumen kewarganegaraan ibunya disahkan pemerintah, proses yang memakan waktu satu tahun sejak ia mulai bermain di Vietnam pada 2024."

"Indonesia pun melalui prosedur ketat. Para pemain keturunan harus menjalani proses naturalisasi selama enam bulan, dan seluruh data diverifikasi baik oleh PSSI maupun pemerintah Indonesia sebelum sah menjadi WNI."

 


Pelajaran untuk Negara-Negara ASEAN

Pemain Timnas Indonesia, Emil Audero, Kevin Diks, dan Jay Idzes menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya saat melawan Timnas Lebanon dalam laga FIFA Matchday 2025 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Senin (8/9/2025). (Bola.com/Abdul Aziz)

Sebaliknya, kasus Malaysia menimbulkan tanda tanya besar. Beberapa pemainnya diduga sudah bisa dinaturalisasi hanya dalam hitungan minggu, bahkan menurut wawancara dengan Facundo Garcés sendiri.

Akibat dari langkah instan tersebut bisa fatal: denda besar, skorsing setahun bagi para pemain, bahkan ancaman sanksi untuk federasi. Semua ini menjadi pengingat bahwa ambisi meraih kejayaan tidak boleh mengorbankan aturan dan integritas.

Sumber: Vietnamnews.vn, Soha

Komentar

Kirim komentar
Galat kode pemeriksaan, silakan masukkan kembali
avatar

{{ nickname }}

{{ comment.created_at }}

{{ comment.content }}

IP: {{ comment.ip_addr }}
{{ comment.likes }}